Studi Kasus Septiarani Saputri W

Nama             : Septiarani S.W

NIM/Off          : 140411600714/GG

Prodi              : S1 Pendidikan Tata Niaga

 

 

MANAJEMEN RISIKO TEKNOLOGI INFORMASI:

STUDI KASUS PADA PERUSAHAAN JASA

Achmad Reza Viyanto; Okhran Steve Latuihamallo; Franky Mangihut Tua;

Anderes Gui; Suryanto

Computerized Accounting Department, School of Information Systems, Binus University

Jl. K.H. Syahdan No. 9, Palmerah, Jakarta Barat 11480

anderesgui@binus.edu

 

Morse, sebuah perusahaan IT asal Inggris, telah melakukan survei pada 1.460 karyawan perusahaan tersebut. Ternyata, lebih dari setengahnya (57%) di antara mereka menggunakan waktu kerja selama 40 menit per minggu, atau kira-kira satu minggu dalam setahun hanya untuk mengakses situs jejaring sosial, seperti Facebook dan Twitter. Kegiatan mengakses situs jejaring sosial ini dapat merugikan sejumlah pengusaha. Terutama bagi perusahaan yang karyawannya berinteraksi di sana selama jam kerja dan menurunkan produktivitas. Bila dikalkulasikan, diperkirakan bahwa pebisnis di seluruh Inggris mengalami kerugian total sekitar 1,38 miliar poundsterling atau 21 triliun rupiah per tahun akibat waktu yang disalahgunakan oleh karyawannya.

 

Contoh kasus di atas memberikan suatu gambaran mengenai kerugian yang diakibatkan oleh lemahnya sistem pengendalian dalam mengelola penggunaan teknologi informasi. Teknologi informasi yang sebelumnya diharapkan oleh perusahaan untuk meningkatkan produktivitas karyawan justru membawa dampak yang merugikan karena kurangnya pemahaman mengenai dimensi risiko teknologi informasi. Kemudian pemahaman itu juga seharusnya diikuti dengan pengetahuan tentang cara terbaik dalam mengatasinya, tidak hanya dengan melakukan pengukuran terhadap risiko, tetapi dengan mendefinisikan penanggulangan apabila risiko-risiko tersebut terjadi dan tentu saja mengimplementasikan manajemen risiko. Oleh karena itu perlu dilakukan pengukuran risiko teknologi informasi.

 

Untuk mengumpulkan data-data yang dibutuhkan pada penelitian ini, dilakukan wawancara dengan pihak HRD dan pihak TI dengan upaya untuk mengetahui risiko-risiko apa saja yang terjadi atau kemungkinan terjadi pada perusahaan. Metode OCTAVE-S tersebut terdiri dari tiga tahap (Alberts, et al., 2003,), yaitu: (1) membangun aset berbasis profil ancaman; (2) mengidentifikasi kerentanan infrastruktur; dan (3) mengembangkan strategi keamanan dan perencanaan.

 

Dari ketiga tahap tersebut di dalamnya terdapat 5 proses yang terdiri dari 16 aktivitas dan 30 langkah. Lima proses tersebut yaitu: (1) mengidentifikasi informasi organisasi, yang terdiri dari 3 aktivitas dan 4 langkah; (2) membuat profil ancaman, yang terdiri dari 3 aktivitas dan 12 langkah; (3) memeriksa perhitungan infrastruktur yang berhubungan dengan aset kritis, yang terdiri dari 2 aktivitas dan 5 langkah; (4) identifikasi dan analisis risiko, yang terdiri dari 3 aktivitas dan 3 langkah; (5) mengembangkan strategi perlindungan dan rencana mitigasi, yang terdiri dari 5 aktivitas dan 6 langkah.

 

Di dalam metode OCTAVE-S terdapat beberapa kategori risiko yang merupakan dasar pengukuran risiko OCTAVE-S, di mana kategori risiko ini menjadi tolak ukur wajib dalam melakukan penelitian. Kategori tersebut yaitu: Kesadaran Keamanan dan Pelatihan; Strategi Keamanan; Manajemen Keamanan; Peraturan dan Kebijakan Keamanan; Kolaborasi Manajemen Keamanan; Rencana Kemungkinan; Pengendalian Akses Fisik; Pemantauan dan Audit Keamanan Fisik; Manajemen jaringan dan sistem; Pemantauan dan Audit Keamanan TI; Pengesahan dan Otorisasi; Manajemen Kerentanan; Enkripsi; Desain dan Arsitektur Keamanan; Manajemen Insiden.

 

Menurut Alberts, et al. (2003), selama mengevaluasi OCTAVE-S, tim analisis melibat keamanan dari beberapa perspektif, memastikan bahwa rekomendasi yang dicapai sesuai dengan keseimbangan berdasarkan kebutuhan organisasi.

 

Hasil utama dari OCTAVE-S, yaitu: Strategi perlindungan organisasi yang luas, Rencana mitigasi risiko, Daftar tindakan. Hasil OCTAVE-S yang berguna lainnya, yaitu: Daftar informasi penting terkait dengan aset yang mendukung tujuan bisnis dan sasaran organisasi, hasil survei menunjukkan sejauh mana organisasi mengikuti praktek keamanan yang baik, profil risiko untuk setiap aset kritis menggambarkan jarak antara risiko terhadap aset.

 

Analisis

 

Hasil analisis praktik keamanan pada perusahaan, yaitu:

 

Manajemen Keamanan

Perusahaan telah melakukan pengalokasian dan sumber daya yang cukup untuk aktivitas keamanan informasi. Peran keamanan dan tanggung jawab sudah dijelaskan kepada semua karyawan. Sebagian karyawan telah melaksanakan dengan baik tugas dan tanggung jawab yang berkaitan dengan keamanan informasi dan memberikan sanksi kepada karyawan yang terlibat dalam permasalahan keamanan informasi.

 

Saat ini perusahaan belum melakukan penilaian risiko terhadap keamanan informasi. Jika terjadi risiko maka divisi IT yang akan langsung mengambil langkah-langkah dalam meminimalisir risiko keamanan informasi tersebut. Selain itu perusahaan juga tidak memiliki kebijakan dan prosedur mengenai penghentian kerja terhadap pihak karyawan yang terlibat dalam permasalahan keamanan informasi.

 

Manajemen jaringan dan sistem

Perusahaan telah mengelola sistem dan jaringan dengan baik, hal tersebut dapat dilihat dari adanya penggunaan sistem wireless di dalam jaringan LAN. Perusahaan telah melindungi informasi sensitif di tempat yang aman. Dan pihak yang tidak mempunyai wewenang yang berkaitan dengan informasi tersebut tidak dapat mengaksesnya.

 

Manajemen Kerentanan

Perusahaan belum memiliki manajemen kerentanan dengan baik karena perusahan tidak meninjau atau menilai sumber informasi mengenai kerentanan informasi, peringatan dan keamanan informasi dan pemberitahuan. Hal lainnya adalah perusahaan tidak mengidentifikasi komponen infrastruktur untuk dievaluasi serta tidak memberikan penafsiran dan menanggapi hasilnya.

Perusahaan belum meninjau atau menilai sumber informasi mengenai kerentanan informasi, peringatan akan keamanan informasi dan pemberitahuan. Selain itu perusahaan juga tidak melakukan identifikasi terhadap komponen infrastruktur untuk di evaluasi secara periodik. Dan prosedur manajemen kerentanan belum dimonitori dan ditinjau serta di-update secara berkala.

 

Manajemen Insiden

Dalam mengelola insiden di dalam perusahaan, perusahaan memiliki prosedur yang didokumentasikan untuk mengidentifikasi, melaporkan dan menanggapi dugaan pelanggaran keamanan dan insiden. Namun dalam penanganannya, perusahaan belum melakukan verifikasi dan diperbaharui secara periodik.

 

 

Studi Kasus Sefnia Linda Sari

Nama : Sefnia Lindasari
NIM/off : 140411605385 /GG
Prodi : S1 Pendidikan Tata Niaga

STUDI KASUS PT XYZ
Penerapan Sistem Informasi di Perusahaan
PT XYZ, sebuah perseroan terbatas yang beralamat di Jakarta. Bidang usaha yang dijalankan oleh Perusahaan adalah sebagai perusahaan manufaktur komponen kendaraan bermotor baik roda dua maupun roda empat serta melakukan perdagangan impor dan ekspor serta melakukan perdagangan besar.
Saat ini Perusahaan mengimplementasikan penerapan Sistem Informasi sebagai berikut:
1. SAP system ( Purchase, Sales, Inentory Management, Finance & Accounting )
2. EXP system,
3. Barcode system,
4. HRIS system,
5. BI (Business intelligence) system,
6. System untuk Factory Operations,
7. CRM (Customer Relationship Management) System.
8. Dan lain-lain
Secara umum penerapan Sistem Informasi utama yang diimplementasikan oleh Perusahaan sudah berjalan dengan baik. Indikasi keberhasilan tersebut adalah kecepatan dalam memberikan data dan informasi yang dibutuhkan secara tepat waktu. Hal lain juga dapat dilihat dari tingkat gangguan yang terjadi yang terkait dengan sistem informasi sangat jarang terjadi sampai mengganggu operasional pekerjaan, sebab pekerjaan operasional tidak seluruhnya menggunakan sistem informasi secara online antara lokasi Pabrik 1 dan Pabrik 2 serta dengan kantor pusat di Jakarta. Artinya jika misalnya terjadi gangguan jaringan, sistem masih dapat dijalankan melalui proses manual yang kemudian nanti diinput pada saat sistem sudah kembali beroperasi. Demikian juga proses yang dilakukan oleh Pabrik 1 terpisah dengan Pabrik 2 artinya jika terjadi permasalahan sistem informasi di satu pabrik tidak akan mengganggu sistem informasi di Pabrik lainnya.
Dalam pembahasan di makalah ini kami akan fokuskan pada pengamatan atas pelaksanaan sistem informasi pada penerapan aplikasi SAP. Sistem ini telah diterapkan di perusahaan sejak tahun 2009 menggantikan sistem yang lama. Pengguna dari sistem ini terutama mulai dari pembelian bahan baku untuk produksi dan pembelian lainnya, pengelolaan persediaan bahan baku, penghitungan barang setengah jadi, pengelolaan transfer antara produksi ke gudang persediaan barang jadi, penyimpanan dan pengelolaan barang jadi, alokasi dan pengiriman barang jadi antara gudang pabrik 1 dan pabrik 2, pengelolaan pengaturan penjualan barang jadi untuk ekspor dan penjualan dalam negeri, kemudian sistem juga digunakan untuk masing-masing bagian dalam pengeluaran belanja kebutuhan operasional kantor, sampai kepada muaranya adalah bagaimana penyusunan laporan keuangan perusahaan.
• Analisis atas alasan keberhasilan Penerapan Sistem Informasi
Faktor-Faktor yang mendukung alasan keberhasilan Penerapan Sistem Informasi adalah sebagai berikut:
1. Dukungan dari manajemen.
Dukungan ini diberikan oleh Direktur Keuangan yang pada awal implementasinya sekaligus bertanggung jawab sebagai Pimpinan proyek penerapan SAP di Perusahaan.
2. Keterlibatan end user.
End User adalah meliputi para operator dan seksi yang terkait juga mendukung proyek ini, karena ini akan mempengaruhi kinerja masing-masing Seksi/Bagian, Departemen, maupun Divisi yang digambakan ke dalam target masing-masing Seksi, Departmen maupun Divisi dalam hal ini keterlibatan adalah seluruh Seksi/Bagian di Perusahaan. Sistem yang ada juga memungkinkan pengawasan yang dilakukan oleh atasan tiap-tiap bagian, seperti di uraikan di bawah nanti, untuk mengawasi pelaksanaan pekerjaan yang dilakukan melalui sistem yang belum selesai setiap periode untuk segera diselesaikan oleh pengguna sistem baik operator maupun end user lainnya.
3. Kemudahan dalam pengoperasian.
Dengan didukung pelatihan-pelatihan yang diadakan pada awal penerapan sistem tersebut maka semakin mempermudah dan makin mahir para operator / pengguna sistem dalam pemakaian sistem operasional harian. Hal ini diperkuat lagi dengan tingkat penggantian tenaga yang mengoperasikan sistem tidak sering berganti-ganti dengan ditunjukannya tingkat turn-over pegawai yang sangat rendah. Demikian juga jika terjadi penggantian satu tenaga operator sistem yang terjadi karena perpindahan tempat kerja maka bagian tersebut yang bertanggung jawab untuk memberikan pelatihan dan serah terima pekerjaan, sedangkan bagian IT hanya akan membantu dari sisi dukungan teknis.
4. Pengawasan secara regular.
Pekerjaan yang masih menggantung (belum selesai) di satu bagian akan dapat dilihat statusnya di oleh pejabat yang memiliki otoritas yang lebih tinggi atau bagian yang memantau pelaksanaan sistem. Atasan masing-masing bagian juga turut mengawasi pekerjaan-pekerjaan yang belum selesai di bagiannya untuk segera di selesaikan. Oleh karena itu ini akan memaksa operator sistem di tiap-tiap bagian untuk senantiasa segera menyelesaikan aplikasi yang sudah dibuat. Pengawasan dimaksud juga termasuk pengawasan yang dilakukan oleh Internal Auditor maupun External Auditor. Khusus untuk Internal Auditor saat ini sebelum melakukan audit laporan keuangan tahunan mereka akan mereview penerapan sistem informasi yang ada di Perusahaan untuk memastikan bahwa apakah sistem internal control yang ada di Perusahaan sudah memadai atau belum. Hal ini akan mempengaruhi proses audit yang akan mereka laksanakan.
5. Dukungan dari sisi sistem maintenance.
Dukungan ini diberikan oleh bagian IT yang bertanggung jawab bahwa sistem akan berjalan secara berkesinambungan, karena untuk beberapa bagian tertentu terdapat pekerjaan yang dilakukan secara bergantian / shift mengikuti jam kerja produksi selama 24 Jam. Jika terdapat perbaikan atau pemeliharaan sistem maka informasi tersebut akan disampaikan kepada semua pengguna sistem bahwa pada satu waktu yang ditentukan, sistem tidak dapat digunakan karena sedang/akan dilakukan pemeliharaan / maintenance. Oleh karena itu umumnya pelaksanaan pekerjaan tersebut dilakukan pada saat hari libur perusahaan secara keseluruhan misalnya libur Hari Raya Idul Fitri atau Libur Tahun baru setiap tahunnya.
6. Jumlah pengguna dan lokasi
Mungkin salah satu faktor yang mendukung penerapan sistem informasi di Perusahaan adalah karena jumlah pengguna sistem yang tidak terlalu banyak hanya dibawah 1,000 pengguna dan hanya melibatkan penggunanya di 3 tempat / lokasi saja. Dapat dibayangkan misalnya dengan pengguna yang sama akan tetapi melibatkan misalnya 100 tempat yang berbeda akan menghadapi tingkat kompleksitas dan resiko yang berbeda, dimana tentunya lokasi yang lebih banyak akan semakin kompleks dan memiliki resiko yang lebih besar terjadinya ganguan penggunaan sistem operasional.
• Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi alasan Kegagalan Penerapan Sistem Informasi
1. Tidak secara full package diterapkan terutama hanya terkait dengan Accounting, Inventory, Purchasing, Sales. Oleh karena itu perusahaan masih memiliki peluang untuk mengembangkan kebutuhan atas kecepatan dan akurasi data dan informasi di luar area yang sudah dapat dimiliki oleh sistem yang ada misalnya sistem Human Resources, Fixed Asset Management dan lainnya yang terintegrasi dengan sistem yang sekarang sudah ada. Akan tetapi ini kembali kepada kebutuhan perusahaan atas kepuasan penyediaan data dan informasi terhadap area tersebut yang saat ini dijalankan, apalagi kebutuhan dana investasi tentunya tidaklah kecil yang dapat dialokasikan kepada kebutuhan yang lebih mendesak bagi Perusahaan.
2. Untuk perbaikan dilakukan oleh sistem engineer dari perusahaan induk sehingga membutuhkan waktu dan biaya yang lebih besar, demikian juga penyimpanan server ditempatkan tidak di kantor Perusahaan tetapi di luar negeri di tempat perusahaan induk berada.

Nama : Sefnia Lindasari
NIM/off : 140411605385 /GG
Prodi : S1 Pendidikan Tata Niaga
STUDI KASUS PT XYZ
Penerapan Sistem Informasi di Perusahaan
PT XYZ, sebuah perseroan terbatas yang beralamat di Jakarta. Bidang usaha yang dijalankan oleh Perusahaan adalah sebagai perusahaan manufaktur komponen kendaraan bermotor baik roda dua maupun roda empat serta melakukan perdagangan impor dan ekspor serta melakukan perdagangan besar.
Saat ini Perusahaan mengimplementasikan penerapan Sistem Informasi sebagai berikut:
1. SAP system ( Purchase, Sales, Inentory Management, Finance & Accounting )
2. EXP system,
3. Barcode system,
4. HRIS system,
5. BI (Business intelligence) system,
6. System untuk Factory Operations,
7. CRM (Customer Relationship Management) System.
8. Dan lain-lain
Secara umum penerapan Sistem Informasi utama yang diimplementasikan oleh Perusahaan sudah berjalan dengan baik. Indikasi keberhasilan tersebut adalah kecepatan dalam memberikan data dan informasi yang dibutuhkan secara tepat waktu. Hal lain juga dapat dilihat dari tingkat gangguan yang terjadi yang terkait dengan sistem informasi sangat jarang terjadi sampai mengganggu operasional pekerjaan, sebab pekerjaan operasional tidak seluruhnya menggunakan sistem informasi secara online antara lokasi Pabrik 1 dan Pabrik 2 serta dengan kantor pusat di Jakarta. Artinya jika misalnya terjadi gangguan jaringan, sistem masih dapat dijalankan melalui proses manual yang kemudian nanti diinput pada saat sistem sudah kembali beroperasi. Demikian juga proses yang dilakukan oleh Pabrik 1 terpisah dengan Pabrik 2 artinya jika terjadi permasalahan sistem informasi di satu pabrik tidak akan mengganggu sistem informasi di Pabrik lainnya.
Dalam pembahasan di makalah ini kami akan fokuskan pada pengamatan atas pelaksanaan sistem informasi pada penerapan aplikasi SAP. Sistem ini telah diterapkan di perusahaan sejak tahun 2009 menggantikan sistem yang lama. Pengguna dari sistem ini terutama mulai dari pembelian bahan baku untuk produksi dan pembelian lainnya, pengelolaan persediaan bahan baku, penghitungan barang setengah jadi, pengelolaan transfer antara produksi ke gudang persediaan barang jadi, penyimpanan dan pengelolaan barang jadi, alokasi dan pengiriman barang jadi antara gudang pabrik 1 dan pabrik 2, pengelolaan pengaturan penjualan barang jadi untuk ekspor dan penjualan dalam negeri, kemudian sistem juga digunakan untuk masing-masing bagian dalam pengeluaran belanja kebutuhan operasional kantor, sampai kepada muaranya adalah bagaimana penyusunan laporan keuangan perusahaan.
• Analisis atas alasan keberhasilan Penerapan Sistem Informasi
Faktor-Faktor yang mendukung alasan keberhasilan Penerapan Sistem Informasi adalah sebagai berikut:
1. Dukungan dari manajemen.
Dukungan ini diberikan oleh Direktur Keuangan yang pada awal implementasinya sekaligus bertanggung jawab sebagai Pimpinan proyek penerapan SAP di Perusahaan.
2. Keterlibatan end user.
End User adalah meliputi para operator dan seksi yang terkait juga mendukung proyek ini, karena ini akan mempengaruhi kinerja masing-masing Seksi/Bagian, Departemen, maupun Divisi yang digambakan ke dalam target masing-masing Seksi, Departmen maupun Divisi dalam hal ini keterlibatan adalah seluruh Seksi/Bagian di Perusahaan. Sistem yang ada juga memungkinkan pengawasan yang dilakukan oleh atasan tiap-tiap bagian, seperti di uraikan di bawah nanti, untuk mengawasi pelaksanaan pekerjaan yang dilakukan melalui sistem yang belum selesai setiap periode untuk segera diselesaikan oleh pengguna sistem baik operator maupun end user lainnya.
3. Kemudahan dalam pengoperasian.
Dengan didukung pelatihan-pelatihan yang diadakan pada awal penerapan sistem tersebut maka semakin mempermudah dan makin mahir para operator / pengguna sistem dalam pemakaian sistem operasional harian. Hal ini diperkuat lagi dengan tingkat penggantian tenaga yang mengoperasikan sistem tidak sering berganti-ganti dengan ditunjukannya tingkat turn-over pegawai yang sangat rendah. Demikian juga jika terjadi penggantian satu tenaga operator sistem yang terjadi karena perpindahan tempat kerja maka bagian tersebut yang bertanggung jawab untuk memberikan pelatihan dan serah terima pekerjaan, sedangkan bagian IT hanya akan membantu dari sisi dukungan teknis.
4. Pengawasan secara regular.
Pekerjaan yang masih menggantung (belum selesai) di satu bagian akan dapat dilihat statusnya di oleh pejabat yang memiliki otoritas yang lebih tinggi atau bagian yang memantau pelaksanaan sistem. Atasan masing-masing bagian juga turut mengawasi pekerjaan-pekerjaan yang belum selesai di bagiannya untuk segera di selesaikan. Oleh karena itu ini akan memaksa operator sistem di tiap-tiap bagian untuk senantiasa segera menyelesaikan aplikasi yang sudah dibuat. Pengawasan dimaksud juga termasuk pengawasan yang dilakukan oleh Internal Auditor maupun External Auditor. Khusus untuk Internal Auditor saat ini sebelum melakukan audit laporan keuangan tahunan mereka akan mereview penerapan sistem informasi yang ada di Perusahaan untuk memastikan bahwa apakah sistem internal control yang ada di Perusahaan sudah memadai atau belum. Hal ini akan mempengaruhi proses audit yang akan mereka laksanakan.
5. Dukungan dari sisi sistem maintenance.
Dukungan ini diberikan oleh bagian IT yang bertanggung jawab bahwa sistem akan berjalan secara berkesinambungan, karena untuk beberapa bagian tertentu terdapat pekerjaan yang dilakukan secara bergantian / shift mengikuti jam kerja produksi selama 24 Jam. Jika terdapat perbaikan atau pemeliharaan sistem maka informasi tersebut akan disampaikan kepada semua pengguna sistem bahwa pada satu waktu yang ditentukan, sistem tidak dapat digunakan karena sedang/akan dilakukan pemeliharaan / maintenance. Oleh karena itu umumnya pelaksanaan pekerjaan tersebut dilakukan pada saat hari libur perusahaan secara keseluruhan misalnya libur Hari Raya Idul Fitri atau Libur Tahun baru setiap tahunnya.
6. Jumlah pengguna dan lokasi
Mungkin salah satu faktor yang mendukung penerapan sistem informasi di Perusahaan adalah karena jumlah pengguna sistem yang tidak terlalu banyak hanya dibawah 1,000 pengguna dan hanya melibatkan penggunanya di 3 tempat / lokasi saja. Dapat dibayangkan misalnya dengan pengguna yang sama akan tetapi melibatkan misalnya 100 tempat yang berbeda akan menghadapi tingkat kompleksitas dan resiko yang berbeda, dimana tentunya lokasi yang lebih banyak akan semakin kompleks dan memiliki resiko yang lebih besar terjadinya ganguan penggunaan sistem operasional.
• Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi alasan Kegagalan Penerapan Sistem Informasi
1. Tidak secara full package diterapkan terutama hanya terkait dengan Accounting, Inventory, Purchasing, Sales. Oleh karena itu perusahaan masih memiliki peluang untuk mengembangkan kebutuhan atas kecepatan dan akurasi data dan informasi di luar area yang sudah dapat dimiliki oleh sistem yang ada misalnya sistem Human Resources, Fixed Asset Management dan lainnya yang terintegrasi dengan sistem yang sekarang sudah ada. Akan tetapi ini kembali kepada kebutuhan perusahaan atas kepuasan penyediaan data dan informasi terhadap area tersebut yang saat ini dijalankan, apalagi kebutuhan dana investasi tentunya tidaklah kecil yang dapat dialokasikan kepada kebutuhan yang lebih mendesak bagi Perusahaan.
2. Untuk perbaikan dilakukan oleh sistem engineer dari perusahaan induk sehingga membutuhkan waktu dan biaya yang lebih besar, demikian juga penyimpanan server ditempatkan tidak di kantor Perusahaan tetapi di luar negeri di tempat perusahaan induk berada.

Studi Kasus Septyan Adhi Kristanto (Laporan Rahasia)

NAMA            : SEPTYAN ADHI KRISTANTO

NIM                : 140411604306 / OFF. GG

PRODI            : S1 PENDIDIKAN TATA NIAGA
Analisis Studi Kasus !!

Sumber           : Buku  “ Sistem Informasi Manajemen”  Reymond McLeod Jr & George

  1. Schell

 

LAPORAN RAHASIA

 

Perusahaan Anda, Fair Heights, disewa oleh perushahaan lain untuk melakukan pemeriksaan latar belakang terhadap para eksekutif perusahaan. Para eksekutif ini biasanya adalah manajer senior perusahaan dengan jabatan wakil presiden atau lebih tinggi. Kebanyakan pemeriksaan ini dilakukan pada eksekutif yang dipertimbangkan untuk menjabat suatu posisi , namum terkadang anda juga melakukan pemeriksaan pada eksekutif yang sedang menjabat. Pengumpulan informasi ini bukanlah jasa utama yang disediakan oleh Fair Heights. Analisis informasi dan rekomendasi keamanan adalah layanan yang membuat perusahaan Anda Unik.

 

Selama 10 tahun terakhir, Fair Heigh selalu menyediakan laporan untuk kliennya secara pribadi atau dalam laporan teartulis yang dikirmkan oleh seorang kurir. Permintaan untuk membuat rekomendasi ini tersedia di Internet semakin meningkat. Alasannya adalah karena perusahaan ini adalah perusahaan multinasional dan mengumpulkan eksekutif – eksekutif utama untuk mempelajari laporan Fair Heights akan menjadi suatu hal yang sulit atau mahal untuk dilakukan. Pengaturan ini dapat menyebabkan penundaan dan perusahaan-perusahaan tersebut menginginkan informasi penting ini dikirimkan secepat mungkin.

 

Pergantian ke laporan berbasis Web tidak dapat dicegah lagi. Tugas Anda adalah membuat laporan untuk komite perencanaan yang mengidentifikasi dan menjawab isu-isu penting.

 

 

Analisis Studi Kasus

Tujuan Keamanan Informasi

Keamanan Informasi ditujuan untuk mencapai tiga tujuan utama : Kerahasiaan, Ketersediaan, dan Integritas

 

  • Keamanan

Laporan Fair Heights yang dapat diakses melalui web dapat bersifat keamanan apabila di dalam web tersebut diberi sistem keamanan yang diinstall di dalam web tersebut. Laporan yang berbasis web dapat memberikan keamanan pada data atau informasi manajemen dengan cara melakukan pembatasan kepada hak akses penggunaan sistem informasi. Web tersebut hanya dapat diakses oleh  para pejabat penting perusahaan yang memiliki kepentingan. Dengan adanya pemabatasan akses tersebut akses keamanan dari sistme informasi tersebut dapat terjaga.

 

  • Ketersediaan

 

Dengan adaanya Laporan Web yang dimiliki oleh Fair Heights diharapkan para pemangku kepentingan dapat mendapat informasi yang mereka butuhkan dengan baik dan tkdak memiliki kendala. Selain itu para para pemangku kepentingan dapat melakukan kegiatan update informasi dengan adanya laporan penjuaan ini.

  • Integritas

 

Dengan adanya laporan web tersebut perusahaan dapat menggunakannya untuk mendapat nilai positif yang dapat diambil. Selain itu dengan laporan yang terupload di web juga dapat menambah mudahnya aksesbilitas dari pengguna dan pemakai.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Ancama Sistem Informasi yang berupa Laporan Web

Ancaman Internal dan Eksternal

Ancaman Internal dari Laporan web mencakup para pemegang kekuasaan wb, tetapi juga pekerja temporer, dan juga mitra bisnis tersebut. Hak akses yang digunakan web yang berisi laporan penjualan tersebut harus dijaga dengan baik agar tidak jatuh kepada orang yang kurang bertanggung jawab. Dan juga Sistem Informasi harus dibuat sesederhana mungkin untuk agar dapat membuat nyaman para penggunanya.

 

Selain virus dan hacker juga harus diperhatikan oleh perusahaan pengguna laporan web tersebut. Apabila laporan web tersebut terkena virus dan hacker maka web atau laporan tersebut akan mengalami kerusakan dan dapat tidak digunakan secara optimal lagi.

 

Untuk itu ada beberapa cara dapat digunakan agar laporan web tersebut aman dari ancaman-ancaman tersebut baik secara eksternal maupun internal yaitu menjalankan kebiajakan keamanan informasi dan pengendalian. Kebijakan keamanan informasi meliputi :

 

  • Inisiasi proyek
  • Penyusunan kebijakan
  • Konsultasi dan persetujuan
  • Kesadaran dan pendidikan
  • Penyebarluasan kebijakan

 

Selain itu agar perusahaan aman dapat juga digunakan pengendalian akses yang dapat berupa penggunaan password dan username dalam web sehingga dapat dilakukan pembatasan akses secara maksimal dan optimal

 

 

 

 

Saran

 

Agar laporan web bagi para pemangku kepentingan dapat efektif perlu dilakukan hal-hal berikut ini yaitu :

 

  • Memasang dan memelihara Firewall
  • Selalu mengupdate atau memperbarui keamanan yang telah dimiliki
  • Memberikan id user yang dapat berupa username dan password bagi para pengguna sistem informasi
  • Secara teratur menguji sistem keamanan yang dipasan di web
  • Membatasi akses data kepada orang-orang yang ingin tahu
  • Melakukan pengecakan data kepada database data yang disimpan
  • Melakukan pengecekan data kepada database tabase yang telah diudate.

 

 

Sheila Apriliawati (Analisis Studi Kasus BCA)

ANALISIS STUDI KASUS MANAJEMEN KEAMANAN INFORMASI DAN MANAJEMEN UNTUK KEBERLANGSUNGAN BISNIS

UNTUK MEMENUHI TUGAS MATAKULIAH
Sistem Informasi Manajemen
yang dibina oleh
Drs. H. Mohammad Arief, M.Si

download

oleh:
Sheila Apriliawati (120413423846)

UNIVERSITAS NEGERI MALANG
FAKULTAS EKONOMI
JURUSAN MANAJEMEN
November 2015

Lanjutkan membaca “Sheila Apriliawati (Analisis Studi Kasus BCA)”